Okezone.com, JAKARTA - Pertarungan antara Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (Ical) dengan mantan Ketua Umum Golkar Jusuf Kalla dan Akbar Tandjung dalam memperebutkan 'tiket' untuk maju sebagai calon presiden dari Golkar bergantung pada mekanisme yang digunakan oleh Golkar dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) mendatang.

Hal itu dikatakan oleh Pengamat Politik Charta Politika, Arya Fernandez saat berbincang dengan okezone, Kamis (19/4/2012).

"Siapa yang akan menang dalam pertarungan itu tentu akan dipengaruhi beberapa faktor. Salah satunya mekanisme di Rapimnas," ujar Arya.

Arya menjelaskan jika mekanisme Rapimnas Golkar mendatang DPD tingkat II Golkar diikutsertakan dalam memilih capres maka kemungkinan bagi Ical untuk lolos akan kecil. Hal itu karena ditingkat DPD II masih kuat dukungan kepada Akbar Tandjung dan Jusuf Kalla. Namun, bila hanya DPD I saja yang diberi kesempatan memberikan suaranya, maka Ical akan mulus memenangkan tiket capres Golkar tersebut lantaran mayoritas DPD I memberikan dukungan yang solid kepadanya.

"Apakah DPD II diberikan kesempatan, kalau tidak dikasih (hanya DPD I) maka Ical akan berpeluang mudah dapat tiket Golkar, tapi jika DPD II dikasih kesempatan tidak mudah bagi Ical menang, kalau kita lihat DPD II Akbar dan JK sangat menguasa DPD II. Ical sudah sejak lama investasi politik ke DPD-DPD I Golkar," ujarnya," paparnya.

Dengan kata lain, lanjut Arya, jika JK dan Akbar ingin mendapatkan 'tiket' capres dari Golkar maka DPD tingkat II harus dilibatkan dalam pengambilan suara.

Selain melalui mekanisme dalam Rapimnas, lanjut Arya, pertarungan segitiga Ical Akbar dan JK juga ditentukan berdasarkan pergerakan para elit Golkar.

"Dipengaruhi seberapa besar pergerakan ditingkat elit, terjadinya perubahan
dukungan elit di DPP, DPD 1, kalau itu bisa dikonsolidasikan oleh Ical dia aman. Tapi kalau ada pergerakan elit cukup besar ke dukungan untuk calon lain bisa saja berubah," tandas Arya.